Pernahkah Anda mendengar istilah ‘hidung belang’ dan mungkin merasa penasaran dengan asal-usulnya? Istilah ini sebenarnya tidak sembarangan digunakan, melainkan memiliki kisah tragis di baliknya. Berawal dari kejadian cinta dua remaja di era Batavia kolonial, di mana mereka dihukum karena melanggar larangan penguasa VOC terkait hubungan terlarang.
Kisah ini berawal dari seorang tentara muda bernama Pieter Cortenhoeff yang bertugas di Kastil Batavia. Pieter terkesan tampan dan gagah, menarik banyak perempuan termasuk Sara Speckx, putri dari seorang pejabat Belanda dan wanita Jepang. Meskipun hukuman keras menanti bagi pelanggar aturan asmara sembarangan, Pieter dan Sara tetap menjalin hubungan terlarang.
Mereka berkomunikasi secara rahasia dengan bantuan penjaga benteng, hingga suatu malam ketahuan saat bersama di rumah Gubernur J.P Coen. Tanpa ampun, Coen menjatuhkan vonis hukuman mati yang eksekusinya digelar di depan umum. Kisah tragis ini berakhir dengan penggal kepala Pieter dan Sara, yang menyisakan teriakan ‘Hidung Belang’ dari penonton yang menyaksikan.
Sejak itu, istilah ‘Hidung Belang’ tidak hanya mengacu pada tindakan asusila, namun juga pada pria yang suka mempermainkan perempuan. Cerita ini menjadi pelajaran bahwa larangan berdasarkan aturan tertentu harus dihormati, sekaligus menggugah perasaan untuk merenungkan konsekuensi dari tindakan impulsif.
