Konflik antara Israel dan Iran, yang semakin memanas dengan intervensi militer Amerika Serikat, telah mengakibatkan gangguan penerbangan di berbagai negara di Timur Tengah. Meski wilayah udara tersebut kini telah dibuka kembali, sejumlah maskapai masih mengalami penundaan dan pembatalan penerbangan. Qatar, misalnya, menutup wilayah udaranya selama beberapa jam setelah serangan rudal Iran terhadap pasukan AS di Pangkalan Udara Al Udeid Qatar. Akibat penutupan ini, Qatar Airways terpaksa menunda penerbangannya.
Setelah serangan AS, banyak maskapai penerbangan termasuk yang di Qatar dan Uni Emirat Arab, membatalkan penerbangan mereka. Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan gencatan senjata antara Iran dan Israel, namun banyak maskapai penerbangan masih merasa perlu untuk membatalkan rute-rute tertentu hingga pertengahan minggu karena alasan keselamatan.
Emirates, maskapai penerbangan yang berbasis di Dubai, menangguhkan semua penerbangan ke Iran dan Irak, termasuk destinasi Baghdad dan Basra, hingga 30 Juni. Sejumlah penerbangan Emirates lainnya dialihkan namun tetap beroperasi sesuai jadwal. Gulf Air, maskapai penerbangan Kerajaan Bahrain, juga memperpanjang pembatalan jadwal penerbangan ke Yordania hingga 27 Juni. Data pelacakan penerbangan dari FlightAware menunjukkan adanya 382 pembatalan di seluruh dunia setelah pukul 10:30 ET pada hari Selasa, menyusul 834 pembatalan yang terjadi pada Senin sebelumnya.