Sebuah keluarga memilih bertahan dan tinggal di rumah yang dikelilingi gedung tinggi Jakarta
Di Jakarta, rumah yang dibiarkan tak berpenghuni sering kali menunjukkan perubahan signifikan seiring waktu. Dinding-dindingnya yang dahulu kokoh perlahan memudar, cat mulai mengelupas, dan suasana yang dulunya hangat berubah menjadi dingin dan sunyi. Kehidupan seolah perlahan menjauh dari tempat tersebut, meninggalkan kesan suram yang tak terhindarkan. Kondisi fisik bangunan mulai memperlihatkan tanda-tanda penurunan, menciptakan gambaran yang kontras dengan kemegahan yang pernah dimilikinya.
Di balik perubahan ini, ada proses alami yang terjadi, yang tampak tak terhindarkan ketika sebuah rumah tidak lagi menjadi tempat tinggal aktif. Beberapa alasan mengapa rumah yang tidak berpenghuni cepat rusak antara lain kurangnya perawatan rutin, pengaruh cuaca dan lingkungan, ancaman dari hewan liar dan serangga, serta risiko vandalisme dan pencurian. Tanpa adanya perawatan rutin, kerusakan kecil bisa berkembang menjadi masalah besar. Cuaca dan lingkungan yang terus menerus mempengaruhi struktur bangunan juga dapat mempercepat kerusakan.
Selain itu, rumah yang kosong juga rentan menjadi sasaran empuk bagi hewan liar dan serangga yang bisa merusak bahan bangunan. Ventilasi alami yang biasanya terjadi saat rumah dihuni juga berhenti, menyebabkan kelembapan menumpuk dan mempercepat kerusakan. Risiko vandalisme atau pencurian juga meningkat pada rumah yang terlihat kosong, yang dapat menambah tingkat kerusakan.
Dalam kondisi seperti itu, keluarga yang masih memilih bertahan dan tinggal di rumah yang dikelilingi gedung tinggi di Jakarta harus memperhatikan kondisi bangunan secara rutin dan melakukan perawatan yang tepat. Dengan begitu, mereka dapat menjaga rumah tetap layak huni dan menghindari kerusakan yang bisa terjadi akibat ketidakaktifan tempat tinggal.