Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves RI), Luhut Binsar Pandjaitan, membeberkan alasan harga tiket pesawat di Indonesia yang semakin mahal dalam beberapa bulan terakhir. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh pulihnya aktivitas penerbangan global yang sudah mencapai 90% dibandingkan sebelum pandemi, yaitu pada tahun 2019.
Dalam penjelasannya, Luhut juga menyebutkan bahwa berdasarkan data International Air Transport Association (IATA), diproyeksikan sebanyak 4,7 miliar penumpang akan muncul sepanjang 2024, yang artinya ada 200 juta penumpang lebih banyak daripada tahun 2019.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah akan melakukan evaluasi operasi biaya pesawat, termasuk menganalisis nilai Cost Per Block Hour (CBH). CBH adalah komponen biaya operasi pesawat yang perlu diidentifikasi rincian pembentukannya. Selain itu, pemerintah akan mempercepat kebijakan pembebasan Bea Masuk serta pembukaan Larangan dan Pembatasan (Lartas) barang impor tertentu untuk kebutuhan penerbangan.
Luhut juga menyoroti mekanisme pengenaan tarif berdasarkan sektor rute yang berimplikasi terhadap pengenaan dua kali tarif PPN, IWJR, dan Passenger Service Charge (PSC) bagi penumpang yang melakukan transit dengan berganti pesawat. Evaluasi peran pendapatan kargo terhadap pendapatan perusahaan penerbangan juga penting untuk menentukan harga Tarif Batas Atas.
Pemerintah akan mengkaji peluang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk beberapa destinasi prioritas, dan Komite Supervisi Harga Tiket Angkutan Penerbangan Nasional akan memimpin seluruh proses penanggulangan masalah tiket pesawat yang mahal.
Sebelumnya, masyarakat Indonesia mengeluhkan harga tiket pesawat domestik yang meroket, bahkan mencapai angka Rp4,7 jutaan untuk rute Jakarta-Padang. Indonesia dinilai memiliki harga tiket penerbangan yang sangat mahal jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan negara berpenduduk tinggi lainnya, bahkan menduduki peringkat negara dengan tiket termahal kedua di dunia setelah Brasil.