Generasi Z atau Gen Z, yang merupakan sebagian besar dari orang dewasa muda, ternyata mengalami kesulitan dalam tetap fokus saat berinteraksi langsung. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa tiga perempat dari Gen Z merasa sulit untuk mempertahankan perhatian saat berbicara tatap muka, bahkan ada yang mulai memainkan ponsel setelah hanya dua menit berbicara. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan pada teknologi dan ponsel pintar, yang mempengaruhi rentang perhatian, interaksi sosial, dan kesehatan mental para generasi muda ini.
AxA UK melakukan sebuah penelitian yang melibatkan 2.000 responden berusia 18 hingga 28 tahun, yang menyoroti dampak dari penggunaan ponsel pada interaksi sosial. Hasilnya menunjukkan bahwa 39% dari responden merasa dorongan kuat untuk memeriksa ponsel saat sedang berbicara dengan orang lain, dengan notifikasi dan media sosial menjadi penyebab utama gangguan. Psikolog dan penyiar Dr. Linda Papadopoulos menjelaskan bahwa ketergantungan pada ponsel dan tekanan untuk selalu terhubung dapat memperburuk rentang perhatian, membuat generasi ini lebih terhubung namun juga lebih kesepian dan cemas.
Tidak hanya itu, percakapan tatap muka dianggap membosankan oleh 38% responden Gen Z, dan sebagian besar dari mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi secara langsung. Akibatnya, banyak dari mereka menggunakan ponsel sebagai pelarian, bahkan dalam situasi-situasi sosial. Penggunaan ponsel yang berlebihan juga berdampak negatif pada kesehatan mental, dengan media sosial menjadi faktor utama menurunkan kesejahteraan pikiran. Meski demikian, sebagian dari Gen Z (56%) telah mengambil langkah-langkah untuk istirahat dari media sosial, yang dianggap sebagai langkah positif untuk memperbaiki kesehatan mental mereka.
CEO AXA UK & Ireland, Tara Foley, menyatakan keprihatinannya terhadap temuan ini. Namun, terdapat juga sisi positif yang terlihat bahwa sebagian besar Gen Z mencari dukungan dari teman-teman mereka dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Dr. Papadopoulos menekankan pentingnya menciptakan kebiasaan digital yang lebih sehat bagi anak muda, untuk memperbaiki kesehatan mental mereka. Tanggapan dari hasil riset ini diharapkan dapat mendorong pendekatan kolaboratif dalam mengembangkan solusi yang dapat meningkatkan kesehatan mental dan ketahanan, terutama bagi generasi muda.