Gunung Tangkuban Parahu di perbatasan Bandung Barat dan Subang, Jawa Barat, masih menunjukkan aktivitas gempa berfrekuensi rendah (Low-Frequency/LF) serta gempa Tremor Menerus. Badan Geologi melaporkan bahwa pada Sabtu, 7 Juni 2025, terjadi 12 kali gempa LF dan Tremor Menerus dengan amplitudo maksimum antara 0,5 hingga 1 mm. Meskipun aktivitas vulkanik menurun setelah meningkat drastis pada awal Juni 2025, kondisi Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal). Rekaman gempa hembusan dan Low-Frequency menunjukkan perubahan dinamika aktivitas vulkanik yang terkait dengan pergerakan fluida di dalam gunung.
Pengamatan visual di sekitar kawah Kawah Ratu dan Kawah Ecoma menunjukkan asap putih tipis hingga sedang dengan ketinggian berkisar antara 5 hingga 150 meter dari dasar Kawah Ratu. Aktivitas bualan lumpur, solfatara, dan fumarol lebih dominan di Kawah Ratu dibandingkan dengan Kawah Ecoma. Meskipun jumlah gempa mengalami penurunan, pengamatan deformasi permukaan menunjukkan pola inflasi dan potensi erupsi freatik tetap ada. Konsentrasi gas vulkanik masih dalam batas normal, namun masyarakat dihimbau untuk tetap waspada dan menjauhi area kawah.
Gunung Tangkuban Parahu memiliki sembilan kawah dengan Kawah Ratu dan Kawah Upas sebagai kawah utama. Letusan freatik umumnya terjadi dari Kawah Ratu, dengan terakhir kali tercatat pada 2019. Masyarakat dan para pengunjung diharapkan untuk tidak mendekati area dasar kawah, menjaga kewaspadaan, dan mengikuti arahan resmi demi keselamatan bersama. Evaluasi aktivitas gunung dilakukan secara berkala, dan koordinasi antara pemerintah daerah, BPBD, dan lembaga terkait tetap diperlukan.