Ajudan Prabowo Subianto, Mayor Teddy, dan Pierre Tendean, Sejarah Keduanya
Selama masa kampanye, tidak hanya Prabowo Subianto yang menjadi sorotan, tetapi juga ajudannya, Mayor Teddy. Teddy seringkali menjadi perhatian kamera dan membuat banyak orang salah fokus, karena dianggap tampan dan gagah, meski hal tersebut bersifat subjektif.
Namun, sejarah mencatat bahwa Mayor Teddy bukanlah ajudan Menteri Pertahanan pertama yang berhasil mencuri perhatian orang berkat ketampanannya. Sebelumnya, ada Pierre Tendean yang juga memiliki pengalaman serupa.
Tendean adalah seorang perwira Angkatan Darat berpangkat Letnan Satu (Lettu). Secara fisik, ia memiliki penampilan yang berbeda dari tentara-tentara lain, karena ia merupakan keturunan Prancis dari ibunya dan memiliki postur tubuh atletis.
Prestasi, ketampanan, dan kepribadiannya membuat Tendean menjadi pusat perhatian. Dalam autobiografinya berjudul “Pierre Tendean” (1983), dijelaskan bahwa saat menempuh pendidikan militer, banyak gadis remaja yang mencari perhatian dari Tendean.
Pada titik tertentu, Tendean menjadi ajudan Menteri Pertahanan, A.H Nasution. Sebagai ajudan, Tendean ikut kemanapun Nasution pergi dan menjadi magnet tersendiri yang melebihi atasannya. Bahkan, dalam memoar Nasution berjudul “Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 6” (1987), disebutkan bahwa banyak mata yang melihat ke arah Tendean dalam suatu acara, bahkan terjadi kerumunan orang mengelilingi Tendean.
Tendean memiliki pacar bernama Rukmini Chaimin, asal Medan, dan keduanya berencana menikah pada November 1965. Namun, nasib tragis menimpa Tendean. Pada 1 Oktober 1965, Tendean bersama 6 jenderal lain menjadi korban Gerakan 30 September. Tendean tewas dalam peristiwa tersebut dan dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi.
Hingga kini, nama Pierre Tendean selalu dikenang dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota. Peristiwa tragis yang menimpanya menjadi bukti bahwa kegagahan dan ketampanan seseorang tidak selalu menjamin keselamatan, tetapi bisa memberikan pengaruh besar dalam sejarah.