
Taman Yeouido Hangang di Seoul, Korea Selatan, dikenal sebagai destinasi favorit bagi komunitas pelari kota. Namun, adanya empat larangan baru di jalur jogging tersebut telah menciptakan pro dan kontra di kalangan masyarakat setempat. Spanduk besar dengan aturan larangan, seperti berlari tanpa baju, bertepuk tangan, berkelompok besar, dan teriak “beri jalan”, dipasang di sepanjang jalur pejalan kaki untuk mengingatkan para pelari akan etika berlari dan kenyamanan pengguna taman lainnya.
Kebijakan ini diterapkan karena meningkatnya jumlah komunitas lari di Seoul yang dianggap mengganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan. Di wilayah lain seperti Distrik Seocho dan Distrik Songpa, juga mulai diberlakukan pembatasan serupa. Larangan ini memicu pro dan kontra di masyarakat. Beberapa warga mendukung kebijakan ini demi keselamatan publik, sementara yang lain merasa terlalu berlebihan.
Salah satu larangan yang paling kontroversial adalah larangan berlari tanpa baju. Sebagian pelari menganggap bahwa aktivitas ini sebagai bentuk motivasi pribadi dalam olahraga. Namun, pendapat mengenai hal ini beragam di antara komunitas pelari. Perbedaan budaya juga turut mempengaruhi pandangan terhadap larangan-larangan ini, seperti yang diungkapkan oleh seorang ekspatriat asal Kanada.
Dengan adanya larangan baru ini, masyarakat di Seoul terbagi dalam pendapat antara mendukung dan menentang kebijakan tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya menghormati etika berlari dan memperhatikan kenyamanan pengguna fasilitas umum untuk membentuk keadaan yang lebih baik dalam komunitas pelari.