
Child grooming adalah proses di mana seorang dewasa membangun hubungan dengan seorang anak, mengambil kepercayaan anak tersebut, dan menempatkan dirinya dalam posisi berkuasa untuk kepentingan eksploitasi. Grooming ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara online, di organisasi, maupun di tempat umum.
Menurut NSPCC Learning, grooming bisa dilakukan oleh orang asing maupun oleh seseorang yang dikenal oleh korban, seperti anggota keluarga, teman, atau bahkan profesional. Para pelaku grooming biasanya menggunakan berbagai teknik, seperti memberikan perhatian khusus, memberi hadiah, atau menjanjikan sesuatu yang menarik bagi anak, untuk mendapatkan kepercayaan korban.
Grooming seringkali sulit untuk dikenali karena pelaku berusaha membuat anak percaya bahwa hubungan mereka adalah hal yang normal atau bahkan menguntungkan. Beberapa tanda bahwa seorang anak sedang mengalami grooming adalah perubahan perilaku mendadak, seperti menghabiskan waktu online yang lebih banyak atau lebih sedikit, sering pergi tanpa alasan yang jelas, menyembunyikan aktivitasnya terutama di dunia maya, memiliki hadiah tanpa alasan yang jelas, atau menggunakan bahasa seksual yang tidak sesuai dengan usia anak.
Pelaku grooming menggunakan berbagai strategi, termasuk membangun kepercayaan dengan menyamar sebagai teman sebaya, memberi perhatian, atau berperan sebagai mentor. Mereka juga dapat memanipulasi dan mengisolasi anak dari keluarga atau teman, serta menggunakan rahasia dan ancaman untuk mengontrol anak.
Dalam era digital, grooming semakin sering terjadi melalui media sosial, aplikasi pesan instan, dan platform game online. Pelaku bisa dengan mudah menyamar dan secara perlahan membangun hubungan yang berbahaya dengan korban. Grooming tidak selalu berujung pada pertemuan langsung, namun banyak kasus di mana anak dipaksa melakukan aktivitas seksual secara daring.
Untuk melindungi anak dari grooming, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya grooming. Orang tua dan pendidik perlu mengajarkan anak tentang hubungan yang sehat, kesadaran digital, dan tanda-tanda grooming yang perlu diwaspadai. Jika dicurigai bahwa seorang anak menjadi korban grooming, segera cari bantuan profesional dan laporkan kepada pihak berwenang. Baik orang tua maupun masyarakat perlu lebih waspada terhadap tanda-tanda grooming dan bekerjasama untuk melindungi anak-anak dari bahaya eksploitasi yang tersembunyi.
Dampak dari child grooming terhadap kesehatan mental anak bisa beragam, tergantung pada kondisi korban. Beberapa dampak yang dapat muncul adalah trauma emosional, kesulitan untuk mempercayai orang lain, gangguan perkembangan emosional dan sosial, meningkatkan risiko penyalahgunaan NAPZA, hingga gangguan makan dan tidur. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengenali tanda-tanda grooming serta melindungi anak-anak dari bahaya eksploitasi yang mengintai.