26.2 C
Jakarta
Thursday, November 21, 2024

Wayang Sasak, media komunikasi lintas budaya yang perlu bersahabat dengan zaman

Lalu Nasib AR (83 tahun) memulai perjalanannya malam itu dengan menceritakan kisah transisi kepemimpinan Raja Jayengrane kepada putra mahkotanya yang bernama Maryunani dalam sebuah pementasan wayang kulit Sasak.

Raja Jayengrane adalah tokoh generasi tua, sedangkan anaknya Maryunani adalah tokoh generasi muda. Proses perpindahan kekuasaan itu tidak berjalan mulus karena ada pengaruh dari para punggawa, seperti alam daur dan selandir.

Kebijaksanaan yang dimiliki Raja Jayengrane dalam memandang setiap masalah dan sifat mengakui kesalahan yang ada pada diri Maryunani membuat konflik mereka berdua akhirnya padam. Itu adalah garis besar cerita wayang Sasak yang disuguhkan oleh Lalu Nasib AR.

Pada Sabtu (21/9/2024), di Lapangan Kolaborasi Museum Negeri Nusa Tenggara Barat di Kota Mataram, pementasan wayang Sasak yang dipentaskan oleh Lalu Nasib AR menarik perhatian banyak pengunjung. Wayang-wayang Sasak ditempatkan di panggung dengan latar belakang kain putih dan lampu pijar yang temaram memunculkan bayangan hitam wayang Sasak.

Wayang Sasak merupakan seni pertunjukan yang efektif sebagai media komunikasi bagi etnis Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebelum adanya televisi dan bioskop, wayang Sasak digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bernilai filosofi tentang kehidupan, sosial-budaya, dan agama.

Wayang Sasak mengambil cerita Menak sebagai sumber kisahnya, yang bercerita tentang kehidupan Amir Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW. Lalu Nasib AR, maestro wayang Sasak, dengan penuh semangat memerankan tokoh-tokoh dalam pertunjukan wayang tersebut.

Museum Negeri Nusa Tenggara Barat telah lama berupaya memelihara dan melestarikan wayang Sasak sebagai salah satu bagian dari koleksi museum. Pada acara Museum Begawe, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat menampilkan pementasan wayang Sasak sebagai bentuk apresiasi dan pelestarian seni pertunjukan tradisional di Pulau Lombok.

Wayang Sasak diangkat sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Para dalang wayang Sasak tidak hanya memimpin cerita pewayangan, namun juga menyelipkan ajaran Islam dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Pertunjukan wayang Sasak harus bisa bertahan di tengah arus modernisasi dengan cara menyesuaikan jam pertunjukan, termasuk menghadirkan pertunjukan siang untuk menarik perhatian generasi muda. Pemerintah perlu melibatkan Generasi Z dan Generasi Alpha untuk menonton wayang Sasak guna memperoleh pelajaran sejarah, moral, dan filosofi hidup.

Wayang Sasak adalah media diplomasi dan komunikasi lintas budaya yang harus terus beradaptasi dengan zaman. Seni pertunjukan wayang Sasak merupakan guru dalam berbudaya yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang.

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru