Pengawalan polisi terhadap Taylor Swift selama konser musim panasnya di London pada bulan Agustus telah menimbulkan kontroversi politik di Inggris. Pemerintah dituduh menggunakan standar ganda karena memberikan pengawalan khusus untuk Taylor Swift, namun tidak untuk Pangeran Harry yang sudah tidak lagi aktif sebagai anggota kerajaan.
Taylor Swift dikawal oleh konvoi sepeda motor untuk melindunginya dalam perjalanan ke Stadion Wembley, meskipun awalnya ada keberatan dari pihak kepolisian. Menteri Kebudayaan Pemerintah, Lisa Nandy membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada ancaman teror di Wina, Austria.
Keputusan pengawalan tersebut memicu perbandingan dengan keamanan untuk Pangeran Harry yang dicabut setelah ia berhenti dari tugas kerajaannya pada tahun 2020. Media Inggris melaporkan bahwa Taylor Swift mengancam akan membatalkan konsernya jika tidak mendapatkan pengawalan polisi. Tuduhan bahwa Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper dan Wali Kota London Sadiq Khan memberikan tekanan pada kepolisian untuk memenuhi permintaan Swift juga disebutkan.
Meskipun awalnya polisi enggan karena biaya yang harus ditanggung oleh pembayar pajak, mereka membantah bahwa keputusan mereka dipengaruhi oleh pihak lain. Juru bicara Kepolisian Metropolitan London menyatakan bahwa keputusan mereka didasarkan pada penilaian terhadap ancaman, risiko, dan keadaan dari setiap kasus.
Hal ini menimbulkan spekulasi dan perdebatan di Inggris mengenai standar keamanan yang diberikan kepada selebriti dan mantan anggota kerajaan.