29.3 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Awal Mula Kecanduan Gorengan di Indonesia yang Berpotensi Mematikan!

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan konsumsi makanan dan minuman cepat saji di antara penduduk Indonesia. Salah satu kategori yang mengalami peningkatan signifikan adalah konsumsi gorengan, yang meningkat dari 45% pada tahun 2018 menjadi 51,7% pada tahun 2023. Mayoritas penduduk Indonesia usia 6 tahun ke atas mengonsumsi gorengan 1-6 kali seminggu.

Namun, peningkatan konsumsi gorengan juga membawa ancaman kesehatan, terutama terkait dengan penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah. Gorengan yang seringkali diproses dengan minyak dan tepung berulang dapat berdampak negatif pada kesehatan masyarakat.

Kebiasaan mengonsumsi gorengan di Indonesia sudah lazim sejak awal abad ke-20, namun sulit dilakukan karena harga tepung dan minyak yang mahal. Namun, pada dekade 1970-an, dengan hadirnya industri tepung dan minyak sawit di Indonesia, harga tepung menjadi lebih terjangkau dan mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi makanan olahan tepung.

Pengusaha besar seperti Sudono Salim dan Eka Tjipta Widjaja memperkenalkan merek-merek baru minyak goreng dari kelapa sawit yang menggantikan minyak kelapa. Merek-merek seperti Bimoli, Kunci Mas, dan Filma kemudian memainkan peran penting dalam pasokan minyak goreng selama era Orde Baru.

Dengan masifnya penggunaan tepung dan minyak goreng, masyarakat Indonesia semakin terbiasa dengan konsumsi gorengan. Meskipun kini gorengan telah menjadi bagian dari menu sehari-hari, penting untuk menyadari bahwa konsumsi berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan.

Source link

berita terkait

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Berita Terbaru