Jakarta, CNBC Indonesia – Merek kecantikan lokal yang tumbang di negeri sendiri kembali bertambah dalam beberapa bulan menjelang akhir 2024. Berikut daftar merek lokal yang tutup di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas merek kecantikan lokal semakin melejit di Indonesia dan mulai menjadi andalan utama para beauty enthusiast. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mencatat, industri kosmetika mengalami kenaikan jumlah perusahaan hingga 20,6 persen. Sebanyak 819 industri kosmetika bertambah menjadi 913 terhitung dari 2021 hingga Juli 2022.
Peningkatan jumlah pelaku usaha di industri kosmetik tersebut didominasi oleh sektor UMKM, yakni sebesar 83 persen. Hal ini menunjukkan besarnya potensi dan peluang industri kosmetika di Indonesia.
Namun, menjamurnya merek lokal di Indonesia ternyata tak selamanya berujung untung. Justru, kemunculan merek-merek baru bisa menjadi senjata bagi para pelaku bisnis lama. Bukan hanya bayangan, fenomena ini telah terjadi pada sejumlah merek lokal. Apa saja? Berikut ulasannya.
1. SYCA
SYCA menjadi merek kosmetik terbaru yang gagal bertahan dan bersaing di pasar Indonesia. SYCA adalah merek kosmetik dan perawatan kulit (skincare) lokal yang didirikan pada 2019 oleh dua perempuan asal Indonesia, yakni Pamela Wirjadinata dan Monica Tan.
Sejak didirikan, SYCA tergolong sebagai merek yang populer bagi para beauty enthusiast. Salah satu produk SYCA yang menjadi andalan sekaligus incaran para beauty enthusiast adalah liptint. Bahkan, produk-produk kosmetik SYCA sempat viral berkat berkolaborasi dengan serial drama Emily in Paris.
Namun, popularitas ternyata tak menjamin keberlanjutan SYCA. Pada 30 September 2024 yang lalu, SYCA mengumumkan kabar mengejutkan bagi para beauty enthusiast di Indonesia melalui akun Instagram resmi (@syca.official). Melalui keterangan yang diunggah, SYCA mengumumkan langkah terakhirnya di industri kecantikan Indonesia.
“Dengan berat hati, kami harus mengumumkan bahwa perjalanan SYCA akan berakhir. Ini bukanlah keputusan yang mudah, tetapi kami percaya ini sudah waktunya untuk membuka lembaran baru,” tulis SYCA, dikutip Jumat (4/10/2024).
Dalam unggahan yang sama, SYCA mengumumkan bahwa seiring dengan rencana penutupan, pihaknya akan “cuci gudang” dengan membanting harga seluruh produk yang tersisa pada 1-15 Oktober 2024 mendatang.
“Tak hanya melalui unggahan, SYCA pun turut menulis keterangan bahwa stok seluruh produk SYCA tidak akan diperbaharui dan harus habis sebelum 15 Oktober 2024 pada bio Instagram.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia, SYCA menjual seluruh produk yang tersisa dengan lebih dari setengah harga. Seperti contoh, liptint seharga Rp120 ribu dijual menjadi hanya Rp29 ribu, skintint dari Rp120 ribu menjadi Rp45 ribu, hingga sunscreen dari Rp199 ribu menjadi Rp49 ribu.
2. Noolab
Tiga bulan sebelum SYCA, merek skincare lokal Noolab sudah terlebih dahulu angkat kaki dari industri kecantikan Indonesia, yakni pada 5 Juni 2024. Kabar ini diumumkan secara resmi oleh Noolab melalui akun Instagram resmi (@noolabofficial) pada 15 Mei 2024 lalu.
“Sedih banget, tapi Mimin harus ucapin goodbye buat warganool (panggilan pengguna Noolab),” tulis Noolab, dikutip Jumat (4/10/2024).
“Minool juga sama sedihnya kayak warganool, tapi dengan berat hati minool harus sampaikan kalau Noolab akan berhenti produksi,” lanjut keterangan yang sama.
Dalam keterangannya, Noolab mengaku bahwa pihaknya harus pamit dari industri kecantikan Indonesia akibat nama merek yang ditolak untuk yang kedua kalinya oleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sebelumnya, Noolab sempat ditolak oleh HKI ketika mengajukan merek dengan nama Noola.
Serupa dengan SYCA, Noolab pun menghabiskan seluruh stok produk yang tersisa dengan diskon sebesar 60 persen. Pada 5 Juni 2024, Noolab resmi tutup dan tak menjual produk-produknya lagi di Tanah Air.
3. Innertrue
Sekitar satu tahun sebelum SYCA dan Noolab, merek skincare lokal Innertrue sudah mengucapkan perpisahan kepada beauty enthusiast di Indonesia. Kabar akhir dari bisnis Innertrue disampaikan melalui akun Instagram resmi (@innertrue) pada 15 Juni 2023 lalu.
“Innertrue mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah menjadi bagian dari perjalanan kami,” tulis Innertrue melalui keterangan resminya.
“Setelah melalui banyak pertimbangan selama satu tahun terakhir, akhirnya perusahaan memutuskan untuk merubah haluan. […] Oleh karena itu, Innertrue tidak akan lagi memproduksi skincare dan penjualan di official store akan berakhir pada 16 Juli 2023,” lanjut keterangan serupa.
Merek skincare lokal yang berdiri sejak 2019 ini pun langsung menjual seluruh sisa persediaan produk selama satu bulan, yakni 16 Juni-16 Juli 2023 dengan potongan harga hingga 70 persen. Pada 31 Juli 2023, Innertrue resmi pamit dan menutup bisnisnya dari pasar Indonesia.
Merek Lokal Sudah Diramal Bakal Tumbang
Tumbangnya merek lokal di negeri sendiri ternyata sudah diramal sejak cukup lama. Pada Desember 2023 lalu, CEO Female Daily, Hanifa Ambadar telah memprediksi bahwa pada 2024 akan ada banyak merek kecantikan lokal yang tumbang akibat kalah bersaing dengan kompetitor.
Hanifa mengatakan, tumbangnya merek kecantikan lokal tersebut akan terjadi seiring dengan semakin menjamurnya berbagai merek. Terlebih, setiap minggunya banyak merek yang muncul dan menjajaki pasar lokal.
“Brand kecantikan 2024 selalu ada yang baru. Brand yang baru akan ada banyak banget, apalagi kayak fragrance (parfum). Itu yang lagi booming, setiap minggu ada brand-brand baru,” ujar Hanifa di Jakarta X Beauty 2023 lalu.
“Tapi enggak semua brand baru akan sustain. Jadi, di tahun depan selain kita melihat banyak brand baru, kita juga akan tahu kalau ternyata ada brand yang tahun lalu launching, sekarang udah enggak ada,” imbuhnya.
Selain semakin menjamurnya berbagai merek, gempuran produk kecantikan impor juga menjadi salah satu senjata yang mampu mematikan merek lokal. Hal ini diungkapkan oleh founder sekaligus CEO AVO Innovation Technology, Anugerah Pakerti.
Anugerah mengaku bahwa gempuran produk impor yang terjadi di RI saat ini sangat mengkhawatirkan, khususnya produk kosmetik dari China. Hal ini juga didukung oleh kemajuan teknologi, seperti platform e-commerce yang terus berkembang sejak Pandemi Covid-19.
Kekhawatiran ini semakin membesar saat banyak merek lokal dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang masih menggunakan cara-cara tradisional untuk pemasaran produk.
“Jika dibandingkan dengan tiga tahun lalu dalam periode transisi pandemi dan setelah pandemi, lompatan barang dari luar sangat signfikan. Ini menjadi tekanan dari brand lokal. Ini membuat resah semuanya,” kata Anugerah dalam diskusi interaktif program “Beauty Journey” CNBC Indonesia TV pada Agustus 2024 lalu.
Anugerah mengatakan, pembatasan perdagangan internasional yang kembali dibuka serta semakin banyaknya platform bagi para pelaku bisnis justru membuat pasar brand lokal semakin tertekan.
“Terlebih pasar Indonesia besar. Kalau kita lihat transaksi tumbuh terus, kemudian dari digital platform yang mudah dilihat sudah menunjukkan adanya sifting,” jelas Anugerah.
Melihat kondisi, Anugerah menyebut bahwa pemerintah perlu menjalankan strategi khusus dan memberi dukungan kuat agar produk-produk UMKM mampu memiliki daya saing yang kuat.
(rns/rns)