Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah mengungkapkan bahwa resistensi antimikroba (AMR) tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada hewan melalui lingkungan dan dapat menular kepada manusia. Jika hal ini terjadi, produksi ternak dunia dapat terancam.
Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit tidak lagi merespons obat antimikroba, sehingga meningkatkan risiko penyebaran penyakit atau penyakit parah. Pejabat Senior Kesehatan Hewan FAO, Dr. Junxia Song, menyatakan bahwa AMR bukan hanya mengancam kesehatan manusia dan hewan, tetapi juga mata pencaharian 1,3 miliar orang yang bergantung pada ternak. Bank Dunia juga memproyeksikan bahwa AMR dapat menurunkan produksi ternak di negara-negara berpendapatan rendah hingga 11% pada tahun 2050.
Koordinator Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), Aitziber Echeverria, mengingatkan bahwa resistensi obat sedang berkembang dan ditularkan di lingkungan. Oleh karena itu, pendekatan One Health multisektoral diperlukan untuk mengatasi AMR, dengan mempertimbangkan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan yang saling berhubungan dan bergantung.
Echeverria juga menjelaskan bahwa lingkungan memiliki peran penting dalam penyebaran dan penularan AMR. Ada tiga alasan mengapa lingkungan harus difokuskan dalam penanganan AMR, yaitu dunia mikroba lingkungan sebagai sumber materi genetik yang mengonfirmasi resistensi terhadap antimikroba, berbagai tekanan antropogenik yang memperburuk masalah, dan peran penting air, udara, dan tanah dalam penyebaran AMR.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengusulkan empat langkah untuk mengatasi AMR, yaitu mencegah infeksi, akses universal ke diagnostik dan pengobatan infeksi yang tepat, ilmu informasi strategis dan inovasi, serta tata kelola dan keuangan yang efektif. Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mencatat bahwa AMR menyebabkan kematian 700 ribu orang per tahun dan diprediksi mencapai 10 juta orang per tahun di seluruh dunia pada 2050.
Dalam perkembangan kesehatan global, AMR tidak hanya dilihat sebagai masalah yang berdiri sendiri, tetapi juga terkait dengan berbagai sektor seperti kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, rantai makanan, pertanian, dan lingkungan. Oleh karena itu, pendekatan “One Health” sangat diperlukan untuk mengatasi kompleksitas pengendalian kejadian resistensi antimikroba.