Baru-baru ini, pemberitaan tentang ulat bulu beracun yang katanya mematikan sedang ramai diperbincangkan. Sebuah video di media sosial Facebook menyebutkan bahwa ulat bulu tersebut telah menyebabkan kematian 16 anak. Bahkan, dilaporkan bahwa ulat tersebut bisa langsung mengakibatkan kematian dalam waktu empat jam setelah menyuntikkan racunnya. Namun, apakah ini benar?
Dilansir dari CNNIndonesia.com (28/2), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa informasi mengenai “ulat pembunuh manusia” tersebut merupakan hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan sumbernya tidak jelas.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, M Syahril, menjelaskan bahwa ulat yang terlihat dalam video tersebut adalah ulat puss caterpillar atau ulat kucing yang biasanya ditemukan di bagian selatan Amerika Serikat. Ulat ini memiliki ukuran sekitar 1 inci dan ditutupi oleh bulu berwarna abu-abu dan oranye.
Meskipun ulat ini memiliki kelenjar racun yang tersembunyi di antara bulunya, namun tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa ulat ini mampu membunuh manusia. Sengatan dari ulat tersebut mungkin menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap individu, terutama bagi yang memiliki reaksi ekstrim terhadap gigitan serangga.
Jika terkena sengatan ulat berbulu, disarankan untuk segera mencuci area tubuh yang terkena dengan sabun dan air untuk mengurangi rasa sakit. Penggunaan krim anti-gatal juga dapat membantu jika merasa gatal akibat sengatan ulat. Syahril menekankan pentingnya untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika terjadi reaksi alergi atau gejala yang lebih parah.
Jadi, meskipun ulat bulu ini memang beracun, namun tidak ada bukti yang menyatakan bahwa ulat tersebut dapat membunuh manusia. Jangan terpancing oleh informasi hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Menjaga kebersihan dan mengikuti saran medis jika terjadi sengatan ulat adalah langkah yang tepat dalam menghadapi situasi tersebut.