Kekurangan Zat Besi, Gangguan Nutrisi yang Sering Diabaikan
Salah satu gangguan nutrisi yang sering muncul tetapi sering diabaikan adalah kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup dan prestasi akademik seseorang.
Zat besi adalah mineral penting untuk tubuh dalam pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yang mengakibatkan gangguan fungsi organ dalam tubuh. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anemia defisiensi besi (IDA) merupakan kekurangan nutrisi paling umum di dunia, dengan 30% populasi terkena kondisi ini.
Remaja wanita termasuk kelompok yang rentan terhadap kekurangan zat besi, karena pola makan yang cenderung rendah pada makanan yang mengandung mineral ini dan kehilangan zat besi selama menstruasi. Data dari JAMA Network menunjukkan bahwa hampir 40% wanita Amerika berusia 12-21 tahun mengalami kekurangan zat besi antara tahun 2003 dan 2020. Sementara itu, hanya 6% orang dari populasi ini yang mengalami anemia defisiensi besi.
Beberapa tanda tubuh kekurangan zat besi termasuk mudah lelah, kuku berbentuk sendok, sering kedinginan, prestasi akademis yang buruk, gangguan tidur, kecemasan, dan gangguan makan. Prestasi akademis yang buruk juga dapat terjadi akibat kekurangan zat besi, karena asupan yang tidak memadai dapat mempengaruhi kinerja sekolah, perhatian, dan konsentrasi.
Kadar zat besi yang cukup dalam tubuh penting untuk produksi neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin, yang berperan dalam mengatur siklus tidur. Kecemasan juga dapat dikaitkan dengan kekurangan zat besi, karena mineral ini memengaruhi kesehatan otak dan fungsi neurotransmitter. Gangguan makan seperti pica, di mana seseorang mengidam zat-zat non-nutritif, juga bisa menjadi tanda kekurangan zat besi.
Jadi, penting untuk memperhatikan asupan zat besi dalam pola makan sehingga tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan zat besi.